HUBUNGAN ANTARA LATAR BELAKANG PSIKOLOGIS DAN LATAR BELAKANG EKONOMI DENGAN KECENDERUNGAN PSIKOPAT PADA ANAK JALANAN DI RUMAH SINGGAH MELATI SALATIGA
PENDAHULUAN
Penelitian ini berawal dari keprihatian pada anak jalanan yang jumlahnya semakin meningkat karena faktor psikologis, ekonomi maupun sosial yang pada akhrinya meninbulkan berbagai dampak negative seperti halnya munculnya prilaku psikopat. Menurut Manik ( 1997 ), apabila anak didalam proses perkembangannya mengalami kesulitan dan gangguan, sebagaimana anak – anak jalanan maka kecenderungan yang muncul ke permikaan kemungkinan besar adalah kerawanan.
Menurut Page ( 1987 ), tindakan psikopat yang tidak normal terletak pada bentuk ketidakmampun menahan keinginannya, tidak mampu menyesuaikan diri dengan etika serta standart sosial yang berlaku. Kepribadian orang yang psikopat salah satu dikategorikan dengan prilaku agresi, wakaupun belum tentu setiap prilaku agresi selalu menimbulkan psikopat.
Ciri – ciri psikopat menurut Rathus ( 1991 ) adalah (1)sebelm usia 15 tahun ditunjukkan minimal 3 dari sifat ini ; melarikan diri, sering melakukan perkelahian fisik, mencari musuh, memaksa melakukan tindakan seksual, kekejaman fisik terhadap orang atau binatang, secara sengaja merusak barang milik orang lain. (2) letidakmampuan menggunakan kesempatan bekerja dengan tidak masuk kerja atau memperpanjang waktu untuk tidak bekerja. (3) agresif dan cepat marah. (4) mebngesampingkan kebenaran.
DSM-III mendiagnosa psokopat dengan ciri – ciri (1) jika paling sedikit ada dua bentuk penyimpangan tingkah laku, seperti pencurian, pengrusakan atau prilaku agresif sebelum usia 15 tahun; (2) jika paling sedikit ada tiga prilaku yang bermasalah, seperti ketidakbertanggungjawaban financial, liar, telah masuk dunia kerja sejak berumur 15 atau kebih dari 5 tahun dengan masalah yang dihadapi; (3) tingkah laku tidak disertai mental lain.
Menurut Carson ( 1980 ) ada tiga faktor seseorang menjadi psikopat, yaitu (1) faktor konstitusional, yang meliputi mekanisme yang menghalamgi sistem syaraf pusat, kurangnya dorongan emosi yang beresiko; (2) faktor keluarga, yang meliputi kehilangan orang tua sejak kecil, depresi emosi, tekanan orang tua dalam berinteraksi. (3) factor kultur social yang kurang sehat.
Psikopat pada anak sama halnya dengan orang dewasa yang menampakkan impulsive, sosial, agresi, tidak mempunyai perasaan bersalah dan kurang bias menjalin hubungan dengan orang lain ( Bender dalam Wolman, 1992 ). Selanjutnya Lowry ( dalam Wolman 1997 ) menyatakan bahwa banyak reaksi yang dimunculkan oleh individu yakni impuks, rigid, tidak mengambil pelajaran pada masa lalu dan kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Anak – anak jalanan terbiasa dengan kehidupan jalanan yang penuh dengan kekerasan menjadi rawan terhadap penyimpangan prilaku. Manik ( 1997 ) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa anak turun ke jalan karena faktor psikologis dan ekonomi. Hal senada juga diungkapkan oleh Sriyuningsih dan Subowo ( 1998 ) ank turun ke jalan karena faktor psokologis, ekonomi dan sosial.
Hawari (1997) menyatakan bahwa anak yang mempunyai masalah dalam tumbuh kembangnya tidak jarang dari ,mereka yang masih kecil bika kelak dewasa akan memperlihatkan berbagai prilaku yang menyimpang, anti sosial, bahkan tindakan kriminal. Menurut Derajat (1983) secara psikis manusia tidak terpenuhi kebutuhannya, maka akan mendorong sesuatu. Hal ini juga didukung oleh Scheiders ( dalam Ma ‘ ani, 1996 ) yang menyatakan bahwa seseorang yang secara psikologis tidak terpenuhi kebutuhannya akan melakukan tindakan yang tidak wajar dan sebaliknya.
Anak di dalam proses perkembangannya apabila mengalami kesulitan dan gangguan, senagaimana anak jalanan, maka kecenderungan yang muncul ke permukaan adalh kerawanan. Kerawanan itu dikondisikan oleh kehidupan jalanan yang cenderung bebas ( Manik, 1997 ). Hal senada juga diungkapkan oleh Wirawan ( dalam Sriyuningsih dan Subowo, 1998 ) yang menyaakan bahwa anak usia muda sebetulnya merupakan anak yang paling rawan dan membutuhkan perhatian yang intensif.
Menurut Vembrianto (1981) pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang paling ekonomis sehingga dalam hidup memegang prinsip pengorbanan yang sekecil – kecilnya mendapat hasil yang sebesar – besarnya. Ketidakmampuan ekonomi atau kemiskinan memberi dampak negative. Factor ekonomi yang rendah membuat adanya kecenderungan untuk berprilaku antisocial ( Thorsten dalam Attini 1994 ).
Masalah yang membelit kehidupan anak – anak jalanansetiap hari dan bersamaan dengan pengaruh buruk kehidupan jalanan, timbulnya kerawanan bahkan keadaan yang membahayakan dan kecenderungan prilaku pathologis lainnya.
No comments:
Post a Comment