Tuesday 6 November 2007

I. RIWAYAT KELAHIRAN

Sebagai seorang ibu rumah tangga, Murdanis tentu tidak ingin melahirkan anak yang mengalami atau menderita suatu gangguan kesehatan, baik mental maupun fisik. Namun apa mau dikata, dengan usia kandungan yang normal seperti halnya ibu – ibu yang lainnya, ia pun mengandung selama 9 bulan 10 hari. Tetapi, ketika melakukan persalinan, ia mengalami sedikit gangguan. Proses kelahiran yang dirasakan sangat menyiksa dirinya dan sangat sulit untuk mengeluarkan sang bayi yang telah dinantinya selama 9 bulan 10 hari tersebut. Walaupun begitu, Ibu tersebut tetap berusaha dan tidak putus asa. Akhirnya keluarlah sang buah hati dengan berat yang normal dan terlihat sehat.

IV. GEJALA - GEJALA

Di usia kurang lebih 8 bulan, ditemukan keganjilan pada bayi tersebut. Ketika Ibunya sedang menggendong anaknya, ia merasa bahwa leher anaknya terasa lemah dan tidak begitu kuat. Tetapi ibunya kurang begitu memperhatikannya. Lama – lama ia curiga, karena perkembangan anaknya tidak sama dengan anak –anak sebayanya. Anak tersebut baru bisa berjalan diusia 5 ½ tahun, dan sering mengalami muntah dan kejang – kejang. Anak itupun kurang dapat berbicara. Sehingga apa yang diinginkannya tidak dapat dimengerti oleh orang tuanya. Melihat hal tersebut, orang tuanya membawanya ke dokter spesialis anak.

II. DIAGNOSA

Dari gejala – gejala yang telah ada, subyek mengalami gangguan keseimbangan dan gangguan berbicara yang dikarenakan terjadi suatu kerusakan pada system syaraf otak.

Subyek mengalami gangguan Cerebral Palsy yaitu, merupakan salah satu bentuk brain injury yaitu, suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian system motorik sebagai akibat lesi dalam otak ( R.S. Illingworth ), atau suatu penyakit neuromuscular yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik.

Ada beberapa faktor yang menimbulkan kerusakan didalam otak pada anak – anak yang kemudian mengakibatkan cacat cerebral palsy. Hal itu bisa terjadi sebelum anak dilahirkan, pada saat dilahirkan, maupun setelah dilahirkan.

a. Sebab – sebab yang timbul sebelum kelahiran

1. Faktor congenital ketidaknormalan sel kelamin pria

2. Pendarahan waktu kehamilan

3. Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan

4. Kelahiran premature

5. Keguguran yang sering dialami ibu

6. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak

b. Sebab – sebab yang timbul pada waktu kelahiran

1. Penggunaan alat – alat pada waktu kelahiran yang sulit, misal tabung, vaccum.

2. Penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran

c. Sebab – sebab yang timbul setelah kelahiran

1. Penyakit Tuberculosis

2. Radang selaput otak

3. Radang otak

4. Keracunan arsen atau karbon monoksida

Menurut PPDGJ subyek mengalami gangguan perkembangan motorik khas. Axis III, F28. Gangguan perkembangan motorik khas. Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata – mata disebabkan oleh retardasi mental atau neurologis khas baik yang didapat atau yang congenital ( selain dari yang secara implisit ada kelainan koordinasi ). Sesuatu yang biasa bahwa kelambanan motorik dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial.

Jangkauan dari gangguan yag meliputi koordinasi motorik halus dan kasar sangat luas, dan pula hendaya motorik bervariasi sesuai usia. Tahap perkembangan motorik dapat terlambat dan dapat berkaitan dengan kesulitan berbicara ( khususnya mengenai gangguan artikulasi ). Anak tampak aneh cara berjalannya, lambat belajar berlari, meloncat dan naik turun tangga. Terdapat kesulitan belajar mengikat tali sepatu, memasang dan melepaskan kancing, serta melempar dan menangkap bola. Anak tampak lamban dalam gerak halus dan kasar, benda yang dipegang mudah ; terjatuh, tersandung, menabrak, dan tulisan tangan yang buruk. Tak pandai menggambar, dan sulit mengerjakan permainan “ jigsaw “, menggunakan peralatan konstruksional, menyusun bentuk bangunan, membangun model, main bola serta menggambar dan mengerti peta. Sering disebut juga “ the clumsy child syndrome “.

III. ASSESMENT YANG PERNAH DILAKUKAN

Oleh seorang dokter spesialis anak, anak tersebut didiagnosa mengalami gangguan pada syaraf otaknya. Terjadi penyempitan pada syaraf otak yang mengakibatkan anak tersebut sulit untuk bicara dan berjalan. Tidak puas dengan diagnosa tersebut, orang tuanya membawa ke dokter lain di Semarang. Oleh dokter tersebut dilakukan EEG, untuk mengetahui gangguan pada otaknya. Anak tersebut diberikan obat untuk mengurangi kejang dan muntah yang dialaminya. Bahkan anak tersebut sempat di bawa ke pengobatan alternatif dengan melakukan berbagai terapi.

Setelah melakukan berbagai pengobatan tadi, anak tersebut akhirnya sedikit – sedikit mengalami perkembangan. Ia bisa berjalan walaupun kurang normal seperti anak – anak lainnya. Namun setidaknya dapat memberikan harapan terhadap perkembangan selanjutnya. Karena rekomendasi dari Prof. Dr. Soemantri spesialis anak agar ia sekolah di sekolah khusus, subyek sekarang sekolah di SDLB Mangunsari Salatiga dan duduk di bangku kelas 2. Pada dasarnya anak tersebut mempunyai daya ingat yang kuat. Ia masih bisa di ajak bicara walaupu ia gagap dalam berbicara, tetapi ia bisa mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Bahkan ia pun tahu kapan acara TV yang ia inginkan akan ditayangkan dan dia bisa menyalakan TV itu sendiri. Walaupun kurang dapat berbicara, ia tahu dan mengerti apa yang di bicarakan ibunya, bahkan disekolahpun ia tergolong anak yang cukup pandai.

IV. INTERVENSI SAAT INI / PENDIDIKAN YANG DILAKUKAN

Sesuai dengan rekomendasi dari dokter, subyek sekarang sekolah di SDLB Mangunsari Salatiga dan sedang duduk di kelas 2. Walaupun sudah bisa berjalan namun subyek masih sulit untuk berbicara. Karena hal tersebut subyek sekarang masih menjalani terapi bicara dengan menggunakan terapi fisioterapi. Subyek disuruh meniup balon atau meniup lilin untuk merenggangkan otot – otot pada rahang. Terapi tersebut sedikit demi sedikit memberi perkembangan pada subyek, walaupun belum maksimal.

V. TREATMENT LAIN YANG DISARANKAN ( REKOMENDASI TERATMENT )

Ø Minum obat secara teratur

Ø Melakukan kontrol setiap bulan sekali

Ø Selalu mengikuti terapi yang sudah ada

Ø Memberi dukungan agar subyek tidak merasa minder di masyarakat

Ø Kasih sayang orang tua untuk selalu mendukungnya.


VI. DAFTAR PUSTAKA

· Fausiah. Fitri & Widury. Julianti, Psikologi Abnormal “ Klinis Dewasa “, UI – PREES, 2005, Jakarta.

· Maslim. Rusdi. Dr. PPDGJ III, “ Diagnosis Gangguan Jiwa “, 2002, Jakarta.

· Suparti Slamet I.S – Sumarmo Markam, “ Pengantar Psikologi Klinis “, UI – PRESS, 2003, Jakarta.

· Dra.T. Sutjihati Somantri, M.Si., psi, “ Psikologi Anak Luar Biasa “, 2006, Bandung.