Tuesday 13 October 2009

PERASAAN DAN EMOSI


Perasaan (feeling) dapat mempunyai dua arti.

Di tinjau secara fisiologis, perasaan berarti penginderaan, yang merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak langsung dengan dunia luar
.
Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi nilai, yaitu penilaian terhadap suatu hal. Makna penilaian ini tampak misalnya nampak dalam ungkapan sebagai berikut ;’ saya rasa nanti sore hari akan hujan “. Ungkapan tersebut berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore hari akan hujan.
Emosi di lain pihak mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Perasaan emosi sendiri berasal dari kata “emotus” atau “emovere” yang artinya mencerca (to strip up) yaitu sesuatu yang mendororng sesuatu. Misalnya emosi gembira mendorong perubahan suasana hati yang menyebabkan orang itu tertawa. Marah, di lain pihak merupakan suasana hati untuk menyerang atau mencerca sesuatu.

Max Scheler (dalam As’ad, 1983) membagi perasaan dalam 4 golongan, yaitu;
1. Perasaan penginderaan yaitu perasaan yang berhubungan erat dengan penginderaan, misalnya; rasa panas, dingin, sakit.
2. Perasaan vital, yaitu perasaan yang dialami berhubungan dengan keadaan tubuh, mosalnya rasa lesu, segar
3. Perasaan psikis yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan-perubahan psikis , misalnya rasa senang, sedih.
4. Perasaan pribadi, yaitu perasaan yang di alami secara pribadi, misalnya perasaan terasing.

W. Stern membagi perasaan serbagai berikut;
1 Perasaan yang bersangkutan dengan masa kini, misalnya; perasaan senang yang diperlihatkan pada masa sekarang dalam berhubungan dengan rangsang-rangsang yang di alami pada waktu sekarang juga.
2 Perasaan yang berhubungan dengan masa lampau, misalnya perasaan senang yang timbul pada waktu sekarang yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa dimasa lampau.
3 Perasaan yang bersangkutan dengan masa yang akan datang, misalnya perasaan senang sehubungan dengan peristiwa-peristiwa yang akan datang.

W. Wundt juga mengadakan pembagian perasaan sebagai verikut:
1. Lust-Unlust, yaitu perasaan yang menyenangkan dn tidak menyeangkan
2. Erregung-Beuhigung, yaitu perasaan menggelora dan tenteram
3. Spannung dan Losung, yaitu perasaan perasaan tegang dan perasaan lega.



Ciri-ciri perasaan diungkapkan oleh E. B. Titchener sebagi berikut:
1. Perasaan dapat dilihat intensitasnya, yaitu kuat dan lemahnya perasaan itu, misaknya perasaan jengkel sekali, agak jengkel, sangat gembira, sedikit gembira dan sebagainya
2. Perasaan dapat dilihat kualitasnya, sehingga kita dapat membedakan perasaan sedih dan gembira, kecewa, takut dan sebagainya.
3. Perasaan menghinggapi seseorang untuk suatu jangka waktu tertentu (duration). Ada perasaan-perasaan yang sebentar menghilang, tetapi ada pula perasaan-perasaan yang bertahan lama. Suatu perasaan yang sulit dihilangkan disebut perseverasi


Suatu fungsi psikis, seperti halnya emosi, selain diperoleh sejak lahir, juga dipengaruhi oleh lingkungan, jadi merupakan suatu yang berkembang.
J. B. Watson menyatakn bahwa manusia mempunyai 3 emosi dasar, yaitu;
1. Fear yang nantinya bisa berkembang menjadi anxiety (kecemasan)
2. Rage yang berkembang antara lain menjadi anger (marah)
3. Love yang akan menjadi simpati.

Emosi dinjau dari teori psikoanalisa dapat dijelaskan secara berbeda pula. Ada dua hal yang mendasari uraian mengenai emosi menurut psikianalisa.
1. Naluri kelamin (sexual instinct) yang oleh Freud disebut sebagai libido. Libido merupakan motif utama dan fundamental, yang menjadi tenaga pendorong pada bayi-bayi yang baru lahir. Pada bayi dan anak kecil yang mendominasi tinkah laku mereka adalah prinsip kesenangan (pleasure principle) mereka mencari kesenangan dengan mengurangi ketegangan-ketegangan disekitar daerah erogen.
2. Naluri tedapat pada Ego yang merupakan lawan dari libido. Ia menganut prinsip kenyataan (reality principle) karena ia mengawasi dan menguasai libido dalam batas-batas yang dapat diterima oleh lingkungan. Di lain pihak, Ego juga berusaha memuaskan libidonya. Prinsip kenyataan ini terdapat pada orang-orang yang sudah lebih.dewasa
Macam-macam anxiety (kecemasan) menurut Freud
1. Objective anxiety
Timbu akibat lemahnya Ego terhadap Id. Objective anxiety yang pertama (primer) adalah trauma kelahiran (birth trauma).
2. Neurotic anxiety
Timbul dari objective anxiety. Khusus anvxiety ini timbul karena perasaan takut akan akibat-akibat yang mungkin timbul bilamana tuntutan-tuntutan libido dipenuhi terlebih lagi kalau akibat-akibat itu punya arti social.
Neurotic anxiety dapat empunyai dua bentuk
a. Free Floating anxiety
Keadaan kecemasan karena individu merasa takut menghadapi akibat yang buruk dalam situasi yang tidak menentu.
b. Phobia
Di sini objek yang ditakuti jelas, sekalipun alasan-alasannya tidak jelas.

3. Moral anxiety
Timbul akibat lemahnya Ego terghadao Super-Ego . Moral anxiety bersumber pada lingkungan dengan kata lain moral anxiety timbul karena perasaan takut menghadapi hukuman dari orang tua atau masyarakat.

FRUSTRASI


Dalam bertingkah laku belum tentu orang bisa mencapai tujuannya, karena untuk sampai kepada tujuan kemungkinana ada rintangan yang harus dihindari dan diatasi. Kalau seseorang tidak dapat mengatasi rintangan-rintangan yang dihapadinya, sehingga tujuan dari tingkah laku tidak tercapai, atau hanya tercapai sebagian saja, maka pada orang itu akan timbul perasaan kecewa, tidak puas, atau lebih dikenal dengan istilah frustrasi.
Frustrasi adalah perasaan atau keadaan kejiwaan tertentu yang timbul pada diri seseorang manakala ia berada dalam situasi dimana kebutuhan tidak terpenuhi atau kehendak tidak terpuaskan atau tujuan tidak tercapai.

Ada beberapa mcam sumber frustrasi
1. Diri pribadi sendiri
Dalam hal ini frustrasi terjadi karena kelemahan, ketidakmampuan, atau cacat yang terjadi pada diri sendiri.
2. Keadaan lingkungan
Frustrasi yang disebabkan oleh lilngkungan, misalnya jatuh cinta pada seseorang tapi tidak ada feed back, sehingga timbul rasa kecewa yang mendalam.
3. Keadaan objek
Dalam hal ini kelihatanya tujuan sudah tercapai, tetapi tujuan atau (objek) itu tidak sesuai dengan harapan.

Frustrasi mempunyai beberapa sifat, diantaranya:
1. Frustrasi dialami oleh setiap orang, tetapi akibat dan pengaruhnya berbeda-beda secara perorangan, tergantung dari gambaran kepribadian orangnya,
2. Frustrasi mempunyai arti yang penting dalam dunia pendidikan, karena merupakan latihan bagi orang-orang yang bersangkutan untuk menghadapi tujuan-tuijuan yang todak tercapai. Kenyataan menunjukkan bahwa tujuan-tujuan seseorang tidak semuanya dapat dicapai. Karena itu seseorang yang sejak kecil tidak pernah mengalami frustrasi akan mudah sekali mengalami frustrasi kalau sedikit saja ia mengalami kesulitan. (ambang frustrasinya rendah)
3. satu kegagalan yang sama bisa menyebabkan frustrasi pada satu orang, tetaspi tidak menyebakan apa-apa pada orang lain. Ini ditentukan oleh ambang frustrasi

Frustrasi dapat menyebabkan lingkaran setan atau circuluc viciousus antara rasa cemas atau anxiety dan agresifitas. Frustrasi yang berulang-ulang dapat menimbulkan kecemasan sehingga timbul pula impuls-impuls aagresifitas dan dalam keadaan agresif biasanya tujuan lebih sulit dicapai. Hal ono menimbulkan rasa frustrasi yang lebih besar
Selanjutnya, seseorang dapat memberikan beberapa macam reaksi terhadap frustrasi, yaitu dengan Defense Machanism, alcoholism dan penyesuaian diri yang tidak adekuat.

Defense mechanism pertama kali oleh Sigmund Freud yang da;lam ajaran psikoanalisanya berpendapat bahwa Ego yang terdesak antara norma Super Ego dan dorongan Id perlu mempunyai cara untuk mengamankan diri atau mempertahankan diri dari bahaya yang mungkin timbul akibat konflik dari dua sistem kepribadian lainnya. Cara mempertahankan diri ini disebut defense mechanism yang dalam kenyataannya juga merupakan cara untuk menghapadi frustrasi.
Id adalah sebuah wash dalam jiwa manusia yang berisi dorongan-dorongan primitive yang menghendaki agar segera dipenuhi atau dilaksanakan. Salah satu yang merupakan dorong-dorongan ini adalah dorongan seksual
Ego adalah yang bertugas melaksanakan dorongan-doronagan dari Id.
Super Ego adalah sistem kepribadiaan yang berisi norma-norama sosial yang berfunsi mengontrol dorongan-dorongan dari Id.


Beberapa jenis defense mechanism, antara lain:
1. Pembentukan reaksi (Reaction formation)
Dorongan dari alam ketidaksadaran yang bersifat negative (ditentang oleh Super Ego) akan diusahakan tidak terwujud keluar. Caranya adalah dengan berbuat sebaliknya dari yang dikehendaki dorongan tersebut.
Misalnya; dari rasa benci menjadi cinta
2. Proyeksi (Projection)
Dorongan dari Id seolah-olah diproyeksikan kepada orang lain, sehingga sepintas lalu nampaknya orang lainlah yang punya dorongan itu.
Misal: Orang yang yang jatuh cinta kepada seseorang, tetapi malu untuk mengakuinya lalu ia memproyeksikan atau mengalihkan kenyataan dengan mengatakan bahwa temannya yang jatuh cinta.
3. Rasionalisasi
Disini suatu kegagalan dicarikan alas an yang kira-kira masuk akal.
Misalnya: Ketika seseorang membutuhkan sesuatu, ia mengatakan bahwa “saya tidak bnutuh itu karena saya sudah punya di rumah.”
4. Pengalihan (Displacement)
Kemarahan atau kejengkelan kepada seseorang yang tidak bisa disalurkan dilimpahkan atau di tumphkan kepada objek lain atau orang lain.
5. Subtitusi dan Sublimasi
Subtitusi; ketika suatu tujuan tidak dapat dicapai, maka tujuan itu diganti dengan tujuan lain yang kira-kira sama nilainya
Misalnya; seorang yang ingin punya anak, tetapi gagal, kemudian ia mengadopsi anak
Sublilmasi; subtitusi yang menyangku norma-noram susila diaman tujuan pengganti lebih tinggi nialinya dari pada tujuan aslinya.
Misalnya: Ibu yang ingin punys snsk itu tidak mengangkat anak untuk dirinya sendiri, tetapi menjadi pengurus rumah piatu
6. Menahan dan menekan (Repression dan Suppression)
Dorongan dari Id yang tidak dikehendaki Super Ego, maka dorongan itu ditahan agar tetap tinggal dalam alam ketidaksadaran (repression). Tetapi dorongan itu kadang-kadang sudah muncul dalam alam kesadaran dan ternyata harus ditekan dan diaorong lagi kea lam ketidaksadaran (suppression)

Reaksi lain terhadap frustrasi adalah melarikan diri dari frustrasi dengan cara banyak minum alkohol yang disebut sebagai alkoholisme bahkan kadang-kadang bisa sampai ke reaksi yang lebih parah yaitu dengan memakai obat-obatan narkotika.
Orang-orang lain yang tidak menyusun defense mechanism maupun tidak memberikan reaksi alkoholisme dalam keadaan frustrasi (terutama yang terus-menerus) dapat jika menyusun reaksi penyesuaian diri yang tidak adekuat. Dalam hal ini maka tingkah laku seseorang yang bersangkutan tidak lagi sesuai dengan norma-norma yang berlaku.